Lama Baca 6 Menit

City Of The Week: Budaya Tionghoa di Qingdao

30 October 2021, 11:25 WIB

City Of The Week: Budaya Tionghoa di Qingdao-Image-1

City Of The Week:Budaya, Tradisi, dan Adat Tionghoa di Qingdao - Image from 百度

Qingdao, Bolong.id – Budaya, tradisi, dan adat di tiap wilayah memiliki perbedaannya masing-masing. Begitu pula yang terjadi di Qingdao Tiongkok. Budaya, tradisi, dan adat Tionghoanya memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri.

Dilansir dalam thatsqingdao.com pada (30/10/2021), budaya di Qingdao tidak seperti orang barat, orang Tionghoa biasanya tidak menyapa orang yang belum dikenal. Akan tampak aneh jika seseorang menyapa dengan "Hai" atau "Halo" ketika melewati jalan-jalan Qingdao. Hal ini juga merupakan praktik standar untuk memberikan kartu nama kepada orang-orang saat diperkenalkan. 

Jabat tangan merupakan hal yang tidak lazim di kalangan orang Tionghoa untuk pertemuan pertama. Topik percakapan untuk orang yang baru dikenal juga berbeda dengan penutur bahasa Inggris. Menanyakan tentang pekerjaan, gaji, status perkawinan/kencan, atau usia seseorang bukanlah hal yang sopan. Di sisi lain, pertanyaan tentang keluarga cenderung dibelokkan atau dihindari.

Pemberian hadiah

Memberi hadiah dan mentraktir orang untuk makan adalah hal yang umum di Qingdao. Terutama saat hari-hari festival. Ketika hadiah diberikan, itu harus diberikan dengan dua tangan. Setiap hadiah yang diberikan dengan dua tangan harus selalu diterima dengan dua tangan. Bahkan hal sepele seperti pemberian kartu nama harus diberikan dan diterima dengan cara ini. Meskipun ini bukan praktik yang ketat, tetapi dalam situasi formal hal ini lebih baik tidak boleh di abaikan. Dalam peraturan yang lebih informal melakukan hal ini dapat menjadi berlebihan.

Orang Tiongkok, terutama orang-orang dari provinsi Shandong, sangat suka mentraktir orang untuk makan malam bersama dengan “ganbei” atau dalam budaya barat disebut dengan cheers atau bersulang. Selain itu juga disajikan makanan tradisional atau roti panggang selama acara tersebut. Hal itu merupakan umum bagi seseorang untuk mengajak teman makan malam atau makan siang, sama seperti di banyak budaya Barat. Orang-orang Qingdao setempat sering bersaing untuk menjadi orang yang membayar tagihan.

Makan

Nasi atau mie disajikan dengan hampir setiap kali makan. Untuk sarapan, orang biasanya makan bubur, roti kukus (mantou) dari toko roti lokal. Anda tidak akan melihat bacon, telur, roti panggang, atau bahkan sereal dingin. Saat makan siang, orang Tionghoa biasanya makan nasi atau mie. Di beberapa daerah nasi kotak dengan sayuran, bbq babi, ayam atau bebek, dll sangat populer.

Makan malam adalah makan Bersama dengan keluarga. Dalam makan malam di Tiongkok, semua hidangan ditempatkan di meja tengah. Secara tradisional, setiap orang diberi semangkuk sup untuk memulai makan. Setelah sup selesai, mangkuk diisi dengan nasi dan semua orang mengambil apa yang mereka inginkan dari piring di atas meja. Selain teh panas, minuman lainnya tidak disajikan. Namun, di Qingdao, cukup umum untuk minum dengan Bir lokal Tsingtao atau Laoshan. Ketika seseorang diundang ke kediaman orang lain, mereka harus:

1. Makan setidaknya dua mangkuk nasi
2. Makan semua nasi dalam mangkuk
3. Makan beberapa dari setiap hidangan

Setelah makan kemudian bersendawa atau menyeruput sup merupakan tindakan yang dianggap tidak sopan dalam budaya Barat, tetapi untuk budaya Tionghoa, hal ini merupakan hal yang umum dan ditafsirkan sebagai tanda pujian. Ada juga kebiasaan makan khusus di antara orang Tiongkok yaitu minum teh. Sementara teh disajikan dengan makanan. Maksudnya adalah dapat menyesatkan karena aktivitas utamanya bukanlah minum teh melainkan makan dimsum.

Dim sum adalah makanan khas Tiongkok yang disajikan dari pagi hari (pukul 6 pagi) hingga sekitar siang hari. Dim sum biasanya juga disajikan dengan teh dan makanan tersebut disajikan dengan duduk mengelilingi meja besar. Disediakan juga air panas untuk membasuh piring, mangkok, dan peralatan makan (sumpit dan sendok seperti sendok). Beberapa restoran hidangan yang berbeda diangkut dan pelanggan dapat memilih apa yang mereka inginkan.

Hubungan keluarga

Meskipun orang Tionghoa menganut konsep kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, secara tradisional keluarga Tionghoa telah mengikuti garis patriarki. Keluarga besar di Tiongkok cenderung lebih signifikan dalam kehidupan daripada budaya Barat, dan dengan demikian hubungan yang berbeda lebih dibedakan. 

Ketika berbicara untuk saudara kandung, orang Tionghoa hampir selalu menyebut mereka sebagai saudara dari kakak laki-laki atau perempuan atau adik laki-laki atau perempuan. Pembedaan yang sama terjadi di antara bibi, paman, sepupu dll. Kerabat Tionghoa bahkan lebih jauh dibagi oleh kerabat ayah dan kerabat ibu. Kakek-nenek, paman, bibi, mertua dll di pihak ayah memiliki gelar yang berbeda dari kakek-nenek, paman, bibi, mertua dll di pihak ibu.

Warna dan Simbol

Dalam budaya Tiongkok, ada simbol memiliki makna yang berbeda dari pada budaya Eropa. Warna merah adalah salah satu keberuntungan dan kemakmuran. Emas adalah warna kekaisaran. Putih adalah warna kematian (dan merupakan warna tradisional yang dipakai pada pemakaman). Hitam melambangkan kemalangan.(*)

Informasi Seputar Tiongkok